An-Nawawi Asy-Syafi’i rahimahullahu Ta’ala berkata,

“Ketahuilah bahwa hendaknya setiap mukallaf menjaga lisannya dari seluruh perkataan, kecuali perkataan yang memang tampak ada maslahat di dalamnya. Ketika sama saja nilai maslahat antara berbicara atau diam, maka yang dianjurkan adalah tidak berbicara (diam). Hal ini karena perkataan yang mubah bisa menyeret kepada perkataan yang haram, atau minimal (menyeret kepada perkataan) yang makruh. Bahkan inilah yang banyak terjadi, atau mayoritas keadaan demikian. Sedangkan keselamatan itu tidaklah ternilai harganya.” (Al-Adzkaar, hal. 284)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah dia meninggalkan hal-hal yang tidak ada manfaatnya.” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976, shahih)

Hendaknya setiap kita senantiasa menjaga diri dari berbicara atau menuliskan komentar yang tidak jelas manfaatnya. Kita tidaklah berbicara kecuali dalam hal-hal yang memang kita berharap ada manfaat untuk agama (diin) kita.

Ketika kita melihat bahwa suatu perkataan itu tidak bermanfaat, maka kita pun menahan diri dari berbicara (alias diam). Kalaupun itu bermanfaat, kita pun masih perlu merenungkan apakah ada manfaat lain yang lebih besar yang akan hilang jika saya tetap berbicara?

Jaga hati dan jaga lisan. Perbanyak dzikir, dengan berdzikir hati kita akan menjadi bersih, ketika hati sudah bersih yang keluar dari lisan pun akan bersih pula.

Dan sebaik-baik dzikir adalah dengan membaca Al Qur’an.

Jadi, sudah berapa banyak kita berdzikir dengan membaca dan menghafal Al Qur’an setiap harinya?

Yuk, perbaiki diri bersama-sama. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah Swt.

error: