Bukan hanya Jakarta yang sering dilanda banjir Mekkah yang merupakan kota suci umat Islam pun tak luput dari terjangan banjir. Bahkan bisa dikatakan, banjir bisa jadi merupakan bencana alam yang kerap melanda wilayah Mekkah dari zaman ke zaman. Mengapa air bah bisa melanda kota suci umat Islam ini?

Menurut para ahli dikarenakan letak geografis kota tersebut yang diapit beberapa bukit. Hal ini menjadikan Mekkah berada di dataran rendah yang letaknya berupa cekungan. Air hujan tidak dapat dapat mudah diserap oleh tanah, mengingat lahan tanah Arab yang kering kerontang.

Menurut Arifin Bey, Tanya Jawab tentang Islam, sesungguhnya struktur tanah di Mekkah terdiri dari pasir dan batu-batuan sejenis pualam. Konon batu-batu tersebut sangat kuat dan keras. Akibat tingkat kepadatan dan kerapatannya yang luar biasa tersebut, menyebabkan curah hujan tidak teresap oleh tanah dan langsung mengalir begitu saja ke kawasan Mekkah yang menyerupai mangkuk raksasa tersebut.

Di luar bencana banjir besar di era Nabi Nuh, Mekkah pernah beberapa kali mengalami kedatangan air bah. Salah satu yang dianggap paling besar terjadi ketika Muhammad masih berusia 35 tahun (lima tahun sebelum dia diangkat sebagai Rasul).

Menurut Muhammad Husain Haekal dalam Sejarah Hidup Muhammad, akibat banjir itu, Masjidil Haram terendam air dan terancam runtuh.

Untuk mengantisipasi situasi tersebut, para tokoh Quraisy sepakat untuk memperbaiki Ka’bah dan menyewa seorang arsitek Romawi bernama Baqum.

Begitu pembangunan Ka’bah selesai, muncul perselisihan yang berawal dari masalah tentang siapa yang layak meletakkan batu suci Hajar Aswad ke tempat semula.

Begitu alotnya pembahasan soal ini hingga sampai 5 hari tak ada keputusan. Alih-alih melahirkan sebuah pemufakatan, justru hampir ada pertempuran berdarah di antara para tokoh Quriasy

Di tengah situasi kritis ini, Abu Umayah menawarkan jalan keluar bahwa peletakan Hajar Aswad akan dipimpin oleh seseorang yang pertama kali masuk lewat pintu Masjidil Haram keesokan harinya. Sejarah mencatat, Muhammad ternyata menjadi orang yang pertama kali masuk pintu Masjidil Haram.

Begitu sepakat memilih Muhammad, para tokoh Quraisy itu berkumpul untuk meletakkan Hajar Aswad . Setelah meminta sehelai selendang, Muhammad lantas meminta para pemuka kabilah supaya masing-masing memegang ujung-ujung selendang lalu mengangkatnya bersama-sama.

Setelah mendekati posisi penempatan Hajar Aswad, Muhammad mengambil batu hitam itu lalu meletakkannya ke tempat semula. Sejak itulah Muhammad diyakini oleh kaumnya sebagai Al-Amin yang artinya dapat dipercaya.

Setelah peristiwa tersebut lama Mekkah tak dikunjungi banjir. Dan pada zaman Khalifah Umar ibn Khattab, sang air bah datang kembali. Akibatnya, Kabah mengalami kerusakan parah karena sebagian dindingnya (Kabah pada saat itu dibangun dengan bahan batu dan direkat dengan tanah/lumpur bukan semen sebagaimana sekarang).

Tahun 1039 M, lagi-lagi Mekkah dilanda air bah.

Namun banjir Mekkah yang sempat terdokumentasikan terjadi pada 1941 dan 2012 kemarin. Dari foto-foto lama yang terpublikasikan secara luas, banjir 1941 menyebabkan bagian dalam Masjidil Haram terendam air hingga hampir setengahnya menyentuh Kabah.

Di beberapa tempat bahkan mencapai leher orang dewasa. Konon karena banjir-banjir yang pernah melanda Mekkah ini membuat beberapa tiang Masjidil Haram, yang terbuat dari kayu menjadi lapuk dan rapuh.

Dan pada musim haji tahun 2019 ini, Mekkah juga dilanda hujan deras serta banjir kecil dengan banyak ditemukan genangan-genangan air di beberapa tempat di Kota Mekkah.

Semoga kota suci Mekkah selalu dalam lindungan Allah Swt.

error: