Cara Mengajarkan Tahfidz al-Quran– Alhamdulillah beberapa tahun terakhir ini telah banyak lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pembelajaran al-Quran. Bukan hanya lembaga Islam saja, begitu juga ada sebagian sekolah negri seperti, SD, SMP dan SMA yang ikut andil mengambil program hafalan al-Quran tersebut. Namun, ada beberapa problem dalam pembelajaran tahfidz quran untuk anak. Baik dari segi kelancaran, kekuatan hafalan dan kualitas makharijul huruf nya.

Melihat hal itu, maka di sini kami akan memaparkan pengalaman saya di Kuttab al-Fatih terkait bagaimana cara pengajaran tahfidz al-Quran yang tepat untuk anak. Semoga apa yang ingin kami bagikan ini bisa memecahkan permasalahan-permasalahan hafalan al-Quran anak di sekolah maupun di rumah. Baiklah langsung,  metode pengajaran al-Quran untuk usia dini atau dewasa.

Apa Saja Pembelajaran Al-Quran Itu?

Sebelum membahas cara mengajarkan hafalan al-Quran pada anak, sebaiknya kita tahu dulu apa saja materi-materi atau program pembelajaran al-Quran:

Metode Menambah Hafalan al-Quran

Metode ini bisa juga disebut dengan ziyadah (menambah) atau Sabak. Dalam arti lain adalah menambah hafalan baru dari ayat al-Quran, lalu setelah sudah hafal, maka langsung disetorkan kepada ustadz atau gurunya.

Metode Murojaah

Murojaah artinya adalah mengulang hafalan. Pada metode ini dibagi menjadi dua, Sabki dan Manzil.

  1. Murojaah manzil adalah mengulang hafalan yang sudah lama dihafal, misalnya ahmad sudah menghafal juz 30,29 dan 28. Maka murojaah manzilnya adalah juz 30 dan 29.
  2.  Sedangkan murojaah sabki ialah mengulang hafalan yang belum lama dihafal, apabila dilihat dari contoh di atas maka ahmad mengulang hafalan juz 28.

Metode Tahsin

Macam-macam metode tahsin sangat banyak, namun yang pernah saya pelajari dan sudah diterapkan di Kuttab, yaitu metode talaqqi.

Metode Iqra atau Baghdadiyah

Metode pembalajaran al-Quran yang satu ini biasanya untuk anak yang makhrajnya belum tepat dan sempurna. Metode ini adalah tahapan pertama untuk bisa membaca al-Quran. Dari kami merecomendasikan untuk menggunakan kitab baghdadiyah, karena lebih simple dan ringkas, susunannya juga berbeda dengan Iqra.

Baiklah, itu saja pembagian materi pembelajaran al-Quran yang kami ketahui. Selanjutnya adalah cara mengajarkan al-Quran yang tepat dan benar.

Cara Mengajarkan al-Quran Seperti Ulama Belajar

Sebagai guru tahfidz al-Quran, kita harus tahu bagaimana para ulama dahulu belajar dan menghafal al-Quran, sehingga kita bisa mengenal cara mereka belajar yang kemudian bisa diterapkan kepada anak-anak. Dengan demikian tidak akan terjadi permasalahan dalam hal kelancaran, kekuatan hafalan ataupun makharijul huruf.

Bagaimana metode para ulama? seperti apa sistem tahfidz al-Quran yang mudah dan hasilnya maksimal?

1. Selalu Mengulang Hafalannya

Mengulang-ngulang hafalan adalah cara yang tepat untuk menguatkan serta melancarkan hafalan si anak. Sayangnya ada sebagian guru, orangtua atau lembaga pendidikan yang mendorong si anak untuk cepat hafal qur’an namun ia lupa untuk mengulang hafalan si anak yang telah lalu. Inilah sebab utama mengapa anak hafalannya tidak kuat, cepat lupa dan sebagainya.

Suatu lembaga Islam harusnya mendahulukan kualitas, bukan kuantitas. Jangan terlalu khawatir dengan perkembangan hafalan santri, sebab Allah berfirman tentang mudahnya menghafal Al Quran, apalagi untuk anak-anak:

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pengingat, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” Disebutkan dalam surat al-Qomar berkali-kali.

Lalu apa yang harus kita lakukan? Sering mengulang hafalannya yang sudah lama. Adapun cara saya mengulang hafalan anak yaitu, murojaah bersama-sama satu kelas selama 15 menit sebelum menambah hafalan yang baru.

2. Tegas Dalam Meluruskan Makhraj Yang Salah

Cara mengajarkan al-Quran untuk anak yang berikutnya adalah dengan ketegasan. Apa yang merasa kurang sesuai dalam bacaan si anak, maka kita harus meluruskannya bukan malah mendiamkan dan membiarkan. Hal ini untuk menguatkan kualitas bacaan mereka.

Bagaimana jika kualitas bacaan guru kurang? Jawabannya adalah, kualitas guru adalah kualitas murid, maka sebaiknya guru kembali belajar tahsin, jangan pernah malu untuk berbenah. Saya sendiri ketika jadi guru kuttab harus belajar tahsin lagi meskipun sudah pernah di pesantren selama 7 tahun.

Namun ada juga guru yang memiliki bacaan dan makhraj bagus tapi dia kurang tegas. Nah, yang ini jangan dilakukan.

Akan sangat fatal sekali jika guru tidak tegas dalam masalah ini, karena apa yang kita ajarkan pada anak akan ia bawa sampai dewasa.

3. Dengan Metode Tasmi

Metode tasmi ini dapat melancarkan sekaligus menguatkan hafalan para santri, apa itu tasmi? Tasmi adalah dimana salah satu santri membacakan 1 juz al-Quran di depan anak-anak lainnya.

Pada kondisi apa tasmi dilaksanakan? Pada kondisi ketika anak sudah menyelesaikan hafalan 1 juz dan sebelum melanjutkan ke juz berikutnya. Misalnya ananda Faiz sudah selesai juz 30, maka dia harus membacakan dulu di hadapan anak-anak. Di kuttab al-Fatih sendiri kegiatan tasmi dilakukan setiap hari jum’at, antara jam 08-00 sampai 09.30.

Pada agenda tasmi, terdiri dari MC, dan peserta tasmi, tugas MC adalah menyimak bacaan anak yang tasmi di sampingnya, menenangkan pendengar, memberi ketegasan jika ada anak yang tidak ta’at apalagi jika ada yang ngobrol, dll.

Baiklah, hanya itu saja yang bisa kami bagikan, semoga saja pembahasan cara mengajarkan tahfidz al-Quran yang tepat untuk anak. Semoga dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amiin [Abu Zaid]

error: