Sebagaimana suatu kisah dari salah satu dari empat imam mahdzab, beliau adalah Imam Ahmad bin Hanbal.
Imam Ahmad bin Hanbal adalah imam keempat dari empat imam mazhab dalam ilmu fiqih. Beliau adalah pendiri Mazhab Hanbali, terkenal dengan ilmunya yang melimpah dan hafalannya yang kuat. Karyanya yang berjudul Al-Musnad adalah salah satu kitab hadits yang paling terkenal di kalangan muslim.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Syafi’i, “Ahmad adalah seorang imam dalam delapan hal yaitu Imam dalam ilmu hadits, Imam dalam fiqih, Imam dalam bahasa, Imam dalam Alquran, Imam dalam kefaqiran, Imam dalam kezuhudan, Imam dalam wara, dan Imam dalam sunnah.”
Selain itu, Imam Syafi’i juga memuji Imam Ahmad dengan mengatakan, “Saya meninggalkan Baghdad dan tidak meninggalkan seorang pun yang lebih indah dari Ahmad bin Hanbal.”
Lalu, siapakah gerangan dibalik gemilangnya seorang Imam Imam Ahmad bin Hanbal? Tentu adalah ibunya. Sosok perempuan luar biasa yang mampu menjadikan seorang imam besar dan berpengaruh bagi dunia islam.
Adalah Shafiyah binti Maimunah binti Abdul Malik As Syaibani dari Bani Amir, ibu dari Imam Ahmad bin Hanbal, dimana kakeknya adalah pemuka Bani Amir.
Shafiyah mendidik Imam Ahmad seorang diri, karena ketika usianya 3 tahun, Imam Ahmad sudah menjadi seorang yatim karena ayahnya meninggal dunia.
Sebagaimana dikutip dari kitab Al-Madkhal Al-Mufasshal li Madzhab Al-Imam Ahmad karya Bakar bin Abdullah Abu Zaid, dijelaskan sang ibunda merawatnya dan mengirimnya untuk belajar kepada para ulama di Baghad. Meskipun Shafiyah sangat mencintai putranya, tapi ia rela berpisah agar Imam Ahmad mendapat pengetahuan dan kemajuan.
Imam Ahmad bin Hanbal berkata tentang bimbingan ibunya, “Mungkin aku menginginkan untuk belajar hadits lebih pagi, jadi ibuku akan mengambil bajuku dan berkata, ‘Sampai muazin sholat Subuh memanggil.”
Imam Ahmad bin Hanbal sering kali ingin berangkat belajar hadits lebih pagi agar ia bisa mendengar lebih jelas ilmu yang disampaikan oleh para gurunya. Namun sang ibu menyarankan agar anaknya berangkat saat adzan Subuh ketika sudah terdapat banyak orang, demi keamanannya.
Ibu yang hebat ini benar-benar menjadi pendukung dan penolong bagi putranya, sehingga Imam Ahmad bin Hambal kelak menjadi orang besar.
Contoh kecil yang bisa diambil hikmahnya adalah untuk menjadikan anak-anak kita sebagai orang besar adalah dengan memperhatikan waktu subuhnya. Imam Ahmad belajar hadist di subuh hari, dimana waktu tersebut merupakan waktu emas untuk menyerap sebuah ilmu.
Dibutuhkan niat yang kuat untuk bisa istiqomah belajar di subuh hari. Sebagaimana yang ditanamkan pada pesantren Qoiman Qurroul Qur’an di Cinere Depok, pada saat subuh hari para santri sudah disibukkan dengan mengulang hafalan qur’an untuk kemudian disetorkan kepada para ustadz.
Untuk para orang tua yang menginginkan anaknya kelak menjadi orang besar, bekalilah mereka dengan ilmu agama, selain itu dibutuhkan orang tua terutama ibu yang luar biasa untuk menghasilkan anak-anak yang juga luar biasa.